Alat Transportasi Tradisional Unik

Posted by taufick max Selasa, 30 April 2013 0 komentar

Alat Transportasi Tradisional Unik


Alat Transportasi Tradisional sampai saat ini masih digunakan dibeberapa Kota di Indonesia. seiring beralan waktu dan datangnya zaman yan penuh dengan kecanggihan teknologi maka Inovasi juga terus dilakukan dibidang Transportasi. meski demikian Alat Transportasi Tradisional tak pernah ditingalkan dan selalu menjadi pilihan yang banyak membantu Masyarakat perkotaan maupun pedesaan.

Ada Karakterisitik tertentu yang membuat Alat Transportasi Tradisional saat ini menjadi  Alat Transportasi yang Unik dan terkadang sering menjadi sarana wisata di daerah-daerah tertentu. walaupun memiliki keterbatasan namun Alat Transportasi Tradisional masih sangat disukai khususnya untuk perjalanan dekat.

Berikut ini adalah Alat Transportasi Tradisional yang sampai saat ini masih digunakan di Indonesia.

Alat Transportasi Tradisional : Bendi

Alat Transportasi Tradisional Bendi
Bendi adalah Alat Transportas Tradisional yang menggunakan Kuda sebagai Pengerak. didaerah Ternate Alat Transportasi ini disebut dengan Bendi, sedangkan nama lain dari Bendi adalah Delman, Dokar, Atau Andong.

Saat ini Kota-kota yang masih mengunakan Bendi sebagai Alat Transportasi Tradisional diataranya adalah Ternate, Jogja, dan Jakarta. Biasanya Bendi hanya digunakan dalam Kota dan didaerah tertentu Bendi diguanakan sbagai Sarana Transportasi Wisata.

Bendi terdiri dari dua jenis, ada yang beroda Dua adapula yang memiliki Roda Empat, namun pda prinsipnya sama yaitu digerakan oleh Kuda. Eksistensi Alat Transportasi Tradisional di Zaman Modern ini, membuat Bendi merupakan Alat Transportasi Tradisional yang Unik.

Alat Transportasi Tradisional : Becak

Alat Transportasi Tradisional Becak
Selain Bendi atau Delman Alat Transportasi Tradisional lain yang masih digunakan saat ini di Indonesia adalah Becak. Becak merupakan alah satu moda transportasi yang beroda tiga yang masih bisa ditemui dibanyak daerah di Indonesia.

Tentu saja Alat Transportasi ini sangat ramah lingkungan karena tidak menyebabkan Polusi Namun khususnya di Jakarta Becak sudah tidak ditemukan dan digantikan dengan Alat Transportasi Tradisional lainnya yaitu Bajaj.

Namun dibeberapa Daerah Seperti Halmahera, Jawa, dan beberapa daerah yang lain Becak masih digunakan sebagai Alternatif Transportasi jarak dekat.

Walaupun saat ini ada Jenis Jenis Becak yang sudah dimodifikasi dengan menggabungkannya dengan Motor namun Becak yang memakai Tenaga Manusia masih juga banyak digunakan. tentu masing masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri.

Alat Transportasi Tradisional : Gerobak Sapi

Alat Transportasi Tradisional Gerobak Sapi

Alat Transportasi Tradisional Gerobak

 

Gerobak sapi yaitu salah satu jenis Alat Transportasi yang menggunakan Hewan Sapi untuk menarik atau menggerakanya. umumnya meggunakan Dua roda, baik yang terbuat dari Kayu yang dibuat sediri ataupun menggunakan Roda Mobil.

Saat ini masih banyak didaerah-daerah yang menggunakan Gerobak sebagai Alat Transportasi, Misalnya didaerah Hamahera dan Jawa yang masih menggunakannya. Gerobak Sapi kebanyakan dijadikan sebagai Alat Trasportasi bagi petani-petani di Desa Untuk Mengangkut hasil pertanian mereka. misalnya kalau di daerah Halmahera sering menggunakan Gerobak sapi sebagai Alat pengangkut Hasil panen seperti Kopra dan sebagainya.

Mungkin hanya itu saja beberapa Alat Trasportasi Tradisional Unik yang masih digunakan di Indonesia. Jika anda memiliki informasi lain tentang Alat Transportasi Tradisional mohon dibagikan Infonya disini.

Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Transportasi  dibawah ini. Jika anda suka mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman  yang lain. Terima Kasih


  1. 10 Rel Kereta Api Terindah di Dunia
  2. Alat Transportasi
  3. Alat Transportasi : Angkutan Individu
  4. Analisis Kondisi Jaringan Jalan
  5. Bus Rapid Transit-Busway
  6. Gambar Alat Transportasi
  7. Gambar Alat Transportasi Darat
  8. Gambar Alat Transportasi Tradisional - New !!
  9. Jalan Baja : Rel Kereta Api
  10. Jalan Tol Pertama di Indonesia
  11. Katagori Angkutan Umum
  12. Kebijakan Pembangunan Transportasi Indonesia
  13. Kenapa Butuh Perencanaan Jalan Raya
  14. Kereta Api Perkotaan Indonesia
  15. Konsep Pengelolaan Angkutan Umum Di Perkotaan

Baca Selengkapnya ....
Share on :

Cara Pembuatan Basement

Posted by taufick max 0 komentar

Cara Pembuatan Basement

Cara Pebuatan Basement
Basement adalah bagian dari sarana sebuah gedung bertingkat tinggi dibangun tanpa adanya basement . adanya basement tentunya akan ada penggalian tanah. Bagian ini yang biasa terjadi dan merupakan langkah awal berdirinya sebuah gedung tinggi. Umumnya luas lantai basement menghabiskan areal tanah yang ada.

Lantai basement biasanya dimanfaatkan untuk.

1.Balancing gedung diatasnya,
2.Ruang parker kendaraan,
3.Ruang pengelola,
4.Pendukung utilitas gedung seperti penempatan ruang panel, reservoir, dan kebutuhan lain.

Permasalajhan pembuatan Basement

1.Tuntutan akan basement yang berlapis-lapis membuat galian semakin dalam. Keadaan ini akan menuntut struktur dinding penahan tanah (retaining wall) dan penunjangnya harus kukuh.

2.Kondisi tanah yang umumnya lunak dibagian atas biasanya akan menimbulkan beban letral yang lebih besar ke dinding akan cenderung tertekan secara lateral lebih besar. Selain itu, hal ini akan menyulitkan pemasangan angkur tanah karena tanahnya lembek sehingga akur tanah yang diharapkan dapat menjangkar dengan kukuh malahan sebaliknya tidak mampu bekerja maksimal.

3.Muka air yang relatife tinggi menyebabkan pekerjaan de-watering tidak dapat dihindari. Pengurasan air tanah akan lebih dalam, paling tidak 1-2 meter di bawah permukaan galian dasar sesuai rencana. Lebih menyulitkan lagi bila sifat tanah cukup porous sehingga dibutuhkan pompa dengan kapasitas lebih besar.

4.Ada bangunan tinggi di sekitar area proyek yang bila di lakukan pengurasan air pada galian tanah akan terjadi penurunan muka air tanah di sekeliling proyek. Akibatnya, keseimbangan tegangan efektif tanah di bawah bangunan di sekitarnya akan terganggu. Keadaan ini dapat memunculkan penurunan ataupun pergeseran bangunan yang ada. Prinsipnya, pekerjaan galian yang dalam di sekitar bangunan yang sudah ada tidak diperbolehkan.

5.Adanya perbedaan sifat tanah akan terjadi pula perbedaan pelaksaaan pondasi.
Semakin dalam adanya tanah keras maka akan semakin mahal jenis pekerjaan pondasi tiangnya.

Proses Pengerjaan Struktur Basement

Ketika semua pekerjaan awal sudah selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan struktur basement, yaitu penggalian tanah sesuai kebutuhan untuk dimensi level dasar pelat struktur. Lumpur bentonite dibongkar sepanjang tinggi kolom di bagi 4. Pembensian kolom akan dimasukkan ke lubang bekas bore yang telah digali. 

Permukaan tanah di padatkan dan di ratakan dengan tujuan agar papan multipleks dilakukan setelah diberi lumuran solar atau di bekas. Dapat saja digunakan multipleks yang sudah mempunyai lapisan permukaan licin. Tujuannya agar bekestingnya mudah di lepaskan dan pembongkarannya tidak mengalami kesukaran. 

Dalam hal ini umumnya di setiap pekerjaan struktur pada tanah aka nada pekerjaan awal seperti pemasangan pasir urug dan pembuatan lantai kerja (adonan struktur ringan 1 : 3 : 6). Sistem top and down tidak memerlukan tahapan pekerjaan seperti itu. Ini terjadi karena pada saat pembongkaran bekesting, muka di bawah lantai basement sudah merupakan 

Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Manajemen Proyek  dibawah ini. Jika anda suka mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman  yang lain. Terima Kasih
 

Baca Selengkapnya ....
Share on :

Apa Itu Lumpur Bentonite ?

Posted by taufick max 0 komentar

Apa Itu Lumpur Bentonite ?

Bentonite Mud Mixer
Apa Itu Lumpur Bentonite ? -Bagian ini menjadi sangat penting karena tanpa adanya lumpur bentonite, seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan pengeboran tidak akan pernah sukses. Banyak manfaat yang di dapat dari sifat-sifat lumpur ini, di antaranya sebagai berikut.

1.Lumpur bentonite
mempunyai BD (berat jenis) lebih besar dibanding BD air. BD lumpur bentonite sebesar 1,10 ton/m3, sedangkan BD air 1,0 ton/m³.

2.BD lumpur bentonite sebesar 1,10 ton/m³ akan menekan dinding galian tanah ke segala arah sehingga dengan sendirinya mampu mencegah longsoran tanah galian. Hal ini berarti akan menstabilkan dinding galian hingga nantinya lubang galian tersebut dicor.

3.Perbedaan antara BD lumpur bentonite dengan BD air tersebut akan memaksa air tanah keluar dari lubang galian (meluap) sehingga isi lubang galian yang semula berupa air tanah akan digantikan dengan lumpur bentonite.

4.Lumpur bentonite, bila dicampur dengan air, akan menjadi kental (gel). Sifat gel inilah yang menimbulkan tekanan pada dinding galian.

5.Tekanan dinding dari lumpur bentonite
secara perlahan akan memaksa air tanah merembes ke dalam pori-pori dan mengendap partikel-partikel koloid di dalamnya yang kemudian terjadi lapisan lempung tipis kedap air sehingga tekanan lumpur dapat bekerja maksimal.

6.Lumpur bentonite bersifat mudah menjadi air kembali
(encer) bila diaduk, lalu akan kembali menjadi gel lumpur bila didiamkan.

7.Lumpur bentonite dalam pelaksanaan dapat dipakai kembali (recycling).

8.Lumpur ini juga termasuk bahan yang ramah lingkungan
karena dapat dibuang tanpa harus merusak lingkungan.

Cara kerja lumpur bentonite dalam sebuah proyek seperti digambarkan berikut ini.

 

1.Dibuat terlebih dahulu adonan lumpur bentonite  dengan komposisi 1.000  liter air, 60-70 kg bentonite, dan 300 kg semen sebanyak 300 kg dicampur 150 liter air sambil diaduk merata.

2.Ketika galian telah mencapai kedalaman tertentu dan menyentuh air tanah, mulailah adonan semen bentonite dimasukkan bertahap kedalam lubang galian memakai pompa slurry. Selama proses galian belum mencapai kendalaman rencana, adonan bentonite terus dimasukkan dan dihentikan bila rencana kedalaman tercapai.

3.Selama proses penggalian terus berlangsung, lumpur terus dimasukkan ke dalam lubang galian. Air tanah yang kotor akan terdesak oleh bentonite, lalu meluap hingga kepermukaan tanah.
4.Luapan air tanah terus terdesak sampai habis sehingga lubang galian akan dipenuhi lumpur bentonite dan ketinggian lumpur harus lebih tinggi dari muka air tanah, minimal 1,2 m. ini untuk menambahkan pressure terhadap dinding galian.

5.Sebuah pengobaran mencapai kedalaman yang direncanakan, rangka besi bore pile dimasukkan kedalam lubang galian. Bagian ujung bawah besi bore pile harus bergantung (paling tidak digantung 30 cm), tidak boleh diletakkan di dasar lubang galian.

6.Tremy (pipa penyalur adonan beton) diturunkan. Ujung pipa Tremy biasanya diberi media penahan air berupa kantong plastik berisi adonan beton. Ujung plastik diikat dengan kawat beton, lalu dilepaskan bersamaan saat adonan beton dimasukkan ke dalam pipa. Berat adonan beton yang jatuh drastis ke bawah akan memaksa air didalam pipa tertekan ke bawah dan meluap. 

Kantong plastik yang berisi adonan beton dengan sendirinya akan menutup diameter tepi pipa bagian dalam sehingga kedap air. Adonan beton yang masuk ke dalam lubang tidak tercampur dengan material lumpur atau tanah. Ini adalah cara sederhana, tetapi sangat efektif menjaga kemurnian adonan  beton.

7.Ujung pipa tremy yang sudah menyentuh dasar tanah galian diangkat setinggi 30cm. adonan beton dimasukkan melalui corong pipa tremmy sambil divibrasi (digoyang-goyang ke atas dan ke bawah memakai mesin). Adonan beton terus dimasukkan ke dalam lubang dan ujung tremy harus tetap berada di dalam adonan beton sepanjang 1 meter. 

Metode ini akan menjaga kebersihan coran beton akan tercampur dengan material lain. Volume beton yang terus bertambah akan bergerak dari dasar galian dan naik ke atas. Ini membuat lumpur bentonite dan air terdesak naik ke atas permukaan tanah. Lumpur bentonite yang meluap ini dialirkan melalui sebuah parit kepenampungan. 

Di sini lumpur diproses (recycling) untuk dipakai kembali asalkan BD lumpur tidak melebihi batas tersebut, semen bentonite sudah tidak dapat dipakai lagi. Kadar tanah dan pasir melebihi batas sehingga bila dipaksakan dapat bercampur dengan adonan beton. Akibatnya, mutu beton dapat turun drastis.


Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Manajemen Proyek  dibawah ini. Jika anda suka mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman  yang lain. Terima Kasih


  1. Apa Itu Dinding Diaphragma ? - New !!
  2. Apa Itu King Post ? - New !!
  3. Faktor Keruntuhan Dinding Galian Tanah - New !!
  4. MANAJEMEN PROYEK : Total Quality Control
  5. Metode Konstruksi : Retaining Wall - New !!
  6. PT. Hutama Karya pada Proyek Jalan Tol
  7. PT.Waskita Karya Pelaksana Proyek Tol Bali
  8. Pengenalan Form Work pada Proyek Konstruksi
  9. Pengenalan Jumping Form
  10. Pengenalan Slip Form
  11. Penggunaan Form Work Khusus
  12. Perhitungan Kekuatan Untuk Form Work
  13. Pola Kerja Dinding Diaphragma - New !!
  14. Proyek Underpass Simpang Dewa Ruci Bali.
  15. Quality Control Pekerjaan Jalan
  16. Sistem Pembangunan Konvensional/Down-up - New !!
  17. Sistem Pembangunan Modern/ Top And Down - New !!
  18. Teknologi Form Work


Baca Selengkapnya ....
Share on :

Apa Itu King Post ?

Posted by taufick max Senin, 29 April 2013 1 komentar

Apa Itu King Post ?

Alat Wall Diaphragma King Post
King post  merupakan langkah kerja setelah seluruh pekerjaan pemasangan dinding diaphragma selesai. Umumnya bagian tengah setiap gedung bertingkat tinggi terdapat sentral gedung (tower area). Dibagian ini juga terdapat semua fasilaitas gedung seperti lift, tangga, dan utilitas lain – lain. Secara sistem struktur dinamakan care. Wilayah ini merupakan bagian yang sistem pembebanannya paling berat. Tidak heran bila disekitar tower area dan care akan dapat banyak titik pondasi tiang bor.
   
Disetiap lantai basement harus disediakan arah untuk keluar masuk kendaraan yang membawa material. Daerah ini di beri ramp sementara.Nantinya jika sudah selesai, akan ada pilihan, apakah ramp dipertahankan atau dibuat yang baru sesuai perencanaan ramp design awal untuk penyesuai keluar masuk kendaraan penghuni gedung.  

King post merupakan bagian dari tiang pondasi pada posisi segaris dengan kolom basement. King post terbuat dari besi baja. King post berfungsi untuk :

1.Memegang pelat lantai dan menyalurkan beban yang bekerja pada pelat lantai basement ke tiang pondasi di tempat king post tertanam.
2.Sebagai kolom sementarar yang bagian mencuat dari lantai dasar bisa diteruskan menjadi kolom permanen sehingga memungkinkan  dilaksanakan serentakke arah atas dan bawah (top and down).

Sesaat setelah penggalian lubang bor selesai, dilanjutkan dengan pengecoran beton struktur sehingga mencapai ketinggian bawah rencana pile cape . diameter  tiang bor dapat lebih dari 1,5 meter. 

Pondasi ini nanti akan dimasukkan tiang penyangga bangunan king post belum bisa dikerjakan bila kekerasan beton yang ada  di dalam lubang belum mencapai target yang direncanakan.

King post  yang terdiri dari rangkaian profil baja IWF ditanam ditengah-tengah bore pile yang berisi lumpur (jelly) bentonite. Pemasangan king post  harus diusahakan tepat pada titik berat penampang kolom yang akan dibuat nantinya. 

Bagian ini berupa bahan semen bentonite yang kelak  akan dihancurkan untuk pemasangan besi kolom basement. Sambungan besi kolom biasanya ada di tengah bentangan (tinggi) kolom atau seperempat tinggi kolom.

PENANAMAN KING POST 

King post merupakan komponen utama dari sebuah system pekerjaan top and down atau up and down.  Tanpa adanya king post , rasanya mustahil dapat terlaksana sebuah sistem perlaksanaan bangunan  yang mempunyai banyak keuntungan dari sudut biaya dan waktu. Sekarang akan dijelaskan secara singkat proses penanaman sebuah king post.

Kedalaman lubang bor bisa mencapai 40 meter dari muka tanah. Setiap memulai proses pengeboran , selalu dibarengi pemasukkan lumpur bentonite. Adonan beton struktur (kaitannya dengan mutu beton yang direncanakan) dimasukkan dengan kedalaman sesuai rencana struktur. Sketsa yang dibuat ini adalah rencana kedalaman lubang bor sampai di lapisan tanah keras adalah 42 m.  

Sementara untuk rencana kedalaman pile cap mencapai 18 meter. Dengan demikian, sisa ke dalam coran beton struktur di bawah pile cap adalah 24 meter. Bagian ini hanya digunakan untuk penanaman king post.  Pekerjaan ini berulang-ulang dilakukan di banyak lubang bor.

Ketika kekerasan beton di dalam lubang mencapai 100%, rangka penunjang king post dimasukkan kedalam lubang bor. King post harus mencapai muka atas beton struktur yang berada di dalam lubang  (rencana  pile cap). Artinya, permukaan atas beton struktur menjadi tumpuan bagi king post setelah seluruh king post berada di semua lubang bor yang ada.

Sketsa ketika seluruh king post sudah tertanam di setiap lubang bor, pekerjaan penggalian sudah bisa dimulai. Pada saat itu, pola system de-watering secara bersamaan juga bisa di lakukan.


Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Manajemen Proyek  dibawah ini. Jika anda suka mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman  yang lain. Terima Kasih


  1. Apa Itu Dinding Diaphragma ? - New !!
  2. Faktor Keruntuhan Dinding Galian Tanah - New !!
  3. MANAJEMEN PROYEK : Total Quality Control
  4. Metode Konstruksi : Retaining Wall - New !!
  5. PT. Hutama Karya pada Proyek Jalan Tol
  6. PT.Waskita Karya Pelaksana Proyek Tol Bali
  7. Pengenalan Form Work pada Proyek Konstruksi
  8. Pengenalan Jumping Form
  9. Pengenalan Slip Form
  10. Penggunaan Form Work Khusus
  11. Perhitungan Kekuatan Untuk Form Work
  12. Pola Kerja Dinding Diaphragma - New !!
  13. Proyek Underpass Simpang Dewa Ruci Bali.
  14. Quality Control Pekerjaan Jalan
  15. Sistem Pembangunan Konvensional/Down-up - New !!
  16. Sistem Pembangunan Modern/ Top And Down - New !!
  17. Teknologi Form Work

Baca Selengkapnya ....
Share on :

Pola Kerja Dinding Diaphragma

Posted by taufick max 0 komentar

Pola Kerja Dinding Diaphragma

Pola Kerja Dinding Diaphragma
Dinding diaphragma mempunyai perbedaan dalam aplikasi di lapangan dibandingkan dengan sistem retaining wall pile beruntun. Perbedaan ini tidak dapat dihindari karena kerumitan pekerjaannya.

Penggalian tanah memakai mesin grabber lebar 2 m dengan ketebalan bervariasi sesuai kebutuhan rencana. Ukuran panjang lubang galian antara 4-6 meter. Penggalian tidak boleh sebelah-menyebelah atau saling berdekatan, melainkan harus selang-seling. 

Bila dilakukan tanpa selang-seling, besar kemungkinan akan terjadi keruntuhan tepi lubang galian. Ini disebabkan sifat tanah dalam keadaan labil, ditambah lagi adanya pengaruh getaran tanah akibat proses galian. Guna menghindari rusaknya dinding galian yang lain, dilakukan metode galian seperti sketsa di bawah ini.

Saat dimulai satu sisi lubang galian, bersamaan dengan itu pula adonan lumpur bentonite dimasukkan untuk menjaga kestabilan tanah galian. Setelah satu unit galian selesai, mulailah pemasukan rangka struktur pembesian dinding diaphragma ke dalam lubang galian.

Panel tiap ujung dinding diaphragma ada dua tipe betina dan tipe jantan. Paduan keduanya akan membuat antara panel saling mengikat. Sewaktu akan melakukan pengecoran bersamaan dengan penurunan kerangka besi dinding, panel stop juga diturunkan pada dua ujung panel dinding diaphrgma. 



Panel stop adalah media untuk membentuk kedua ujung dinding diaphragma (bias bentuk jantan atau betina dengan berbagaivariasi model joint). Bagian yang akn disambung dengan dinding panel berikutnya,selain diberi panel stop, juga dipasangkan water stop untuk membuat dinding menjadi kedap air. 

Mengingat besarnya lubang galian dinding diaphragma, pengecoran beton harus menggunakan dua buah tremy. Tujuannya untuk mempercepat pelaksanaan pengecoran. Bila hanya memakai satu buah tremy, waktu pekerjaan bias lebih lama dan dapat berakibat buruk terhadap permukaan dinding galian. 

Sangat diperlukan perhatian dalam proses pengecoran, karena tremy harus digerak-gerakan agar adonan beton masuk ke dalam lubang yang sempurna. Getaran dan beban muatan kendaraan ready mix di permukaan tanah dapat menekan dinding tanah galian. Akibatnya, akan mungkin terjadi keruntuhan tanah bercampuran adonan beton. 

Hal ini tidak dikehendaki karena akan berakibat rusaknya mutu beton serta sulit untuk diperbaiki. Jadi, sangat diperlukan ketelitian dan perencanaan yang matang untuk pola pengecoran.

PEMAKAIAN DINDING DIAPHRAGMA

Cara Kerja Dinding Diapgragma
Penggunaan dinding diaphragma untuk pekerjaan ini menjadi pilihan utama melihat banyaknya penurunan biaya pembuatan basement. Adapun tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan tidak berbedah jauh dengan sistem pembuatan basement memakai retaining wall. 

Pada perencanaan struktur bangunan harus mempertimbangkan beberapa masalah sebagai berikut.

1.Penetapan jarak lantai ke lantai basement yang tidak menimbulkan gangguan kebebasan gerak alat gali (backhoe).

2.Penetapan jarak antarkolom yang efisien agar manuver backhoe dalam proses galian juga tidak terganggu.

3.Penetapan lubang-lubang core, tangga, atau lubang-lubang lainnyaagar pada saat pelaksanaan tidak mempersulit upaya mendapatkan satu diaphragma action dari lantai beton yang ada (joint antara pelat lantai basement dengan dinding diaphragma).

4.Dimensi kolom basement yang cukup longgar agar dapat mengakomondasi profil yang tepat untuk King .

5.Kelonggaran dimensi kolom juga berfungsi untuk mengatasi kemungkinan kekurangtepatan  posisi pada saat penanaman king post.

Jika sudah dikehendaki memakai konstruksi bangunan sistem ini maka titik pusat terlaksananya metoda ini. Tergantung pada tiga hal berikut ini.

Cara Pemasangan Dinding Diaphragma

1.Dinding penahan tanah yang aman dan mampu bekerja optimal menjaga kestabilan tebing galian tanah basement.
2.Pemasangan struktur king post sebagai penyangga utama beban di atasnya.
3.Sistem struktur pelat lantai basement harus mampu menahan beban extreme, di atasnya, seperti :
•Pekerja dan beban material bangunan yang akan di letakkan di setiap lantai,
•Beban kendaraan pengangkut material dan alat berat yang akan parker di atasnya.

Saat pembuatan rangka besi dinding diapraghma, telah diperhitungkan posisi setiap lantai basement . pada titik tersebut telah dipasang stek pembesian untuk menyambungkan pembesian lantai basement. Besi stek di tekuk agak mepet dengan dinding diapragma. 

Apabila penggalian tanah dimulai maka besi stek akan terlihat. Begitu pembesian pelat basement dipasang maka besi stek bisa diluruskan agar bertemu dengan besi pelat



Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Manajemen Proyek  dibawah ini. Jika anda suka mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman  yang lain. Terima Kasih
 

Baca Selengkapnya ....
Share on :

Apa Itu Dinding Diaphragma ?

Posted by taufick max 3 komentar

Apa Itu Dinding Diaphragma ?

Alat Untuk Mengangkat Dinding Diaphragma
Dinding diaphragm atau dinding sekat adalah sebuah membrane buatan dengan ketebalan (sesuai tebal alat penggali bernama grabber) dan kedalaman tertentu. Dinding merupakan dinding penahan tanah atau retaining wall yang dipasang sebagai sebuah sistem pengembangan lebih lanjut dari sistem tiang bor beruntun atau secant pile dan juga contiguous pile. Penggunaan sistem dinding diaphragma sangat ekonomis karena ada banyak faktor menguntungkan bila dibandingkan dengan sistem retaining wall beruntun.

Dinding diaphragma memenuhi beberapa fungsi yang merupakan keuntungannya, yaitu sebagai berikut.

1.Pemikulan atau penahanan tekanan tanah dan tekanan hidrostatis horizontal besar, termasuk waktu gempa.

2.Paling tidak sebagian beban vertikal tetap (beban gravitasi) dapat dipikul.

3.Lapisan-lapisan pembawah air akan tertutupi sehingga mengalirnya tanah ke dalam lubang galian dapat dicegah, karena dinding diaphragma memakai lapisan kedap air untuk joint antara dinding yang dipasang water stop. 

4.Pada kondisi tanah labil, cesing tidak diperlukan.

5.Radius penurunan muka air tanah pada bangunan sekitarnya berkurang akibat adanya de-watering system dengan panjang dinding diaphragma harus sampai di lapisan tanah yang kedap air, sama dengan sistem retaining wall pile beruntun.

6.Tidak terjadi kerusakan lingkungan akibat larinya air tanah sehingga otomatis tidak terjadi kerusakan rumah penduduk di sekitarnya dan menuai protes.

7.Tidak banyak mengurangi luas tanah karena memaksimalkan luas ruangan basement sekitar 60 cm keliling areal galian.

8.Pelaksanaannya tidak menimbulkan kebisingan dan sedikit getaran.

9.Dinding diaphragma sangat cocok untuk dikombinasikan dengan konstruksi sistem top and down, tampa harus memasang angkur tanah sehingga biaya tambahan untuk pekerjaan angkur tanah berkurang (angkur tanah akan sangat diperlukan bila menggunakan sitem down-up).

Ada keuntungan tentu juga ada kerugiannya. Beberapa kerugian pada dinding diaphragma sebagai berikut.

Dinding Diphragma


1.Cesing tidak dapat dipakai karena bentuknya memanjang dan rentan terhadap kemungkinan terjadinya kelongsoran pada tanah galian.

2.Bila keadaan tanah buruk dengan kondisi muka air tanah tinggi, kemungkinan terjadinya kelongsoran dinding tanah akan lebih besar.

3.Akan terbentuk pembengkakan (bulging) pada saat pengecoran akibat jeleknya kondisi tanah. Bila terjadi bulging, pemasangan dinding berikutnya akan sulit.

4. Tidak ada cesing untuk menahan keruntuhan tanah.

5.Terdapat beberapa masalah pembesian yang rumit, yaitu

•Rangka struktur (pembesian) sangat panjang, melebihi batas panjang besi beton,
•Sangat berat diangkat untuk pemasangan di lubang galian,
•Memerlukan mobil crena untuk mengangkat besi dari tempat perakitan menuju lubang,
•Bias terjadi perubahan (deformasi) rangkaian karena pembesian sangat panjang dan sangat berat.

Kondisi kerugian yang seperti dijelaskan tersebut membuat dinding diaphragma mempunyai kelemahan yang cukup serius.

Sistem pelaksanaan pembuatan dinding diaphragma hamper sama dengan sistem pembuatan retaining wall pile beruntun, di antaranya ialah.



1.Memakai guide wall,
2.Terkadang dalam keadaan tertentu masih memakai perkuatan angkur tanah,
3.Penggalian lubang memakai mesin yang bekerja seperti game packman yang disebut grabber,
4.Memakai lumpur bentonite untuk pengamanan dinding galian,
5.Memakai tremy dua buah untuk media mempercepat penurunan adonan beton dan lumpur bentonite,
6.Tetap memakai de-watering system,
7.Memakai crane lebih panjang untuk penurunan besi struktur.

Pekerjaan basement sistem down-up
selalu akan menggali tanah lebih dahulu sampai kedalaman yang direncanakan. Setelah seluruh dinding diaphragma tertanam, barulah proses penggalian mulai dikerjakan. Mengingat faktor gaya lateral cukup besar, setiap selesai penggalian pada setiap level basement, pemasangan angkur tanah mulai dikerjakan. Pekerjaan ini akan terus berlangsung hingga tahap akhir penggalian selesai. Tentunya dari segi pengeluaran biaya akan bertambah cukup besar.
Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Manajemen Proyek  dibawah ini. Jika anda suka mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman  yang lain. Terima Kasih
 


Baca Selengkapnya ....
Share on :

Metode Konstruksi : Retaining Wall

Posted by taufick max Minggu, 28 April 2013 7 komentar

Metode Konstruksi : Retaining Wall

Metode Konstruksi : Retaining Wall merupakan sebuah keharusan untuk pembangunan sebuah gedung bertingkat banyak dengan jumlah basement lebih dari dua lapis. Tanpa adanya retaining wall, pelaksanaannya niscaya akan menghadapi berbagai kesulitan. Kondisi tanah yang dalam keadaan tidak ada beban bangunan di sekitarnya sudah ada banyak gedung tinggi. Bila ada bangunan di sekitarnya areal, pemasangan retaining wall menjadi solusinya.

Munculnya galian tanah basement akan mebuat perubahan struktur tanah di sekitarnya. Risiko yang paling awal adalah runtuhnya tanah di sekitar lokasi galian sehingga aka nada pergerakan gedung di sebelahnya. Bahayanya adalah, gedung akan bergeser atau bahkan bias miring ke arah ke lubang galian. 
 
Pergerakan gedung di sekitar lokasi galian biasanya terlihat dari adanya retakan tanah di sekitar gedung (terutama yang paling dekat dengan lokasi galian). Selanjutnya akan diikuti dengan miringnya gedung tersebut. Bila seperti ini, terjadilah evakuasi seluruh penghuni bangunan. Penanganan utama yang wajib dilakukan adalah pembongkaran gedung miring tersebut.

Kejadian seperti itu tentulah tidak dikehendaki oleh para perencana struktur bangunan. Untuk mengantisipasi faktor tersebut dan demi kelencaran pekerjaan proyek maka di buatlah dinding penahan tanah atau retaining wall.

Ada dua jenis dinding penahan tanah, yaitu retaining wall pile beruntun dan dinding diafragma. Pada bab ini akan dibahas tentang retaining wall pile beruntun, sedangkan dinding diafragma akan dibahas pada bab tersendiri.

RETAINING WALL PILE BERUNTUN

 

Retaining wall jenis ini dikatakan beruntun karena jarak antara-pile berdempetan sedemikian rupa untuk mendapatkan daya tahan terhadap tekanan tanah (gaya lateral). b isa juga di sebut dengan istilah secant pile karena memang pile ini saling bersinggungan satu sama lainnya.

Dua jenis pile yang di pakai mempunyai karakteristik yang berbeda. Hal ini sebabkan fungsi kedua pile yang tidak sama. Salah satu pile di sebut pile sekunder  yang terbuat dari campuran semen dan bentonite (mutu beton antara K-175 sampai K-225). Pile sekunder harus mudah dipotong oleh mesin bor. Oleh karena itu, tidak boleh ada pemasangan besi sama sekali pada pile ini. Pile sekunder mempunyai diameter lebih kecil. Bila di perlukan, bias digunakan pile dengan diameter yang sama dengan pile struktur.

Jenis pile berikutnya di sebut pile primer yang merupakan rangka struktur utama dinding penahan tanah. Pile primer wajib mempunyai rangka besi dan mutu beton di atas K-225. Bila diameter dan pembesiannya dirasa kurang aman, di perlukan support kekuatan berupa pemasangan angkur tanah (groung anchorage).

Retaining wall tipe pile beruntun mempunyai banyak ragam cara dalam pelaksanaannya. Material yang digunakan untuk pembuatan pile ada dua jenis.

•PILE SECUNDER berbahan semen bentonite dengan mutu beton K-175 sampai K-225. Jarak antara pile ditentukan sesuai dengan besaran diameter pile primer. Pile secunder ini justru dikerjakan lebih dahulu sampai selesai keseluruhannya sesuai kebutuhan yang direncanakan.

•PILE PRIMER merupakan inti dari retaining wall dengan konstruksi beton bertulang. Mutu beton paling tidak K-300 atau bisa lebih sesuai hasil analisis struktur.

Proses pengerjaan tahap awal adalah memotong dua dinding pile secunder dengan mesin bor. Nantinya setiap sisi-sisi dari pile secunder ini akan terkikis. Pengikisan ini lebih tepatnya merupakan pembuatan (pengeboran) untuk penepatan pile primer. Setelah tahapan pengikisan selesai (pengeboran), mulailah dilakukan pemasangan pile primer dan sekaligus pengecoran.

Agar lebih jelas, akan diuraikan satu per satu cara pekerjaan yang sudah dilaksanakan, yaitu sebagai berikut.

1.Pile beruntun  bersilang dengan dua sumbu kerja (as). Diameter pile primer dan pile sekunder sama besarnya. Penutup permukaan pile primer dengan cor dinding beton bertulang.
2.Retaining wall pile beruntu bersilang dengan dua sumbu kerja (as). Diameter pile primer dan pile sekunder sama besar. Penutup dengan beton terpisah untuk ruang drainase. Kemudian dibuatkan dinding beton bertulang untuk menutupi permukan pile primer sekaligus menyediakan ruang untuk drainase.
3.Retaining wall pile beruntun dengan dua sumbu kerja mempunyai perbedaan diameter pile. Pile sekunder mengalami pemotongan untuk menjepit pile primer dengan penutup permukaan dinding beton berimpitan dengan pile primer.
4.Retaining wall pile beruntun dengan satu sumbu kerja mempunyai perbedaan diameter pile, dengan penutup permukaan dinding beton.
5.Retaining wall pile beruntun dengan satu sumbu kerja mempunyai diameter pile yang sama, dengan penutup permukaan dinding beton.
6.Retaining wall pile beruntun dengan satu kerja mempunyai diameter pile yang sama ataupun tidak sama di tambah angkur tanah sebagai support kekuatan dengan penutup permukaan dinding beton.

Untuk retaining wall sistem pile beruntun mulai nomor 1 hingga kurang disukai untuk dilaksanakan di Indonesia. Kebanyakan para desainer struktur lebih suka memakai retaining wall nomor 4 hingga 6.

Pemakaian retaining wall pile beruntun dengan sedikit atau bahkan tidak memperhitungkan beban vertikal adalah beban samping (lateral) akibat tekanan tanah dalam gedung yang ada di sekitarnya. Diameternya disesuaikan dengan kebutuhan. Retaining wall ini dikombinasikan dengan bentonite pile. Secara otomatis pertemuan antara adonan semen pondasi tiang dengan bentonite pile akan menghasilkan struktur kedap air. Setelah selesai, akan terlihat paduan yang kukuh antara bored pile dengan bentonite pile untuk menahan gaya leteral.

POLA PEMASANGAN RETAINING WALL

 

Tentunya aka nada pertanyaan, bagaimana cara pengeborannya agar presisi sehingga terhindar dari adanya penyimpangan titik bor? Hal ini mengingat pekerjaan pengeboran dilakukan pada sekeliling proyek yang membentuk semacam pagar. Pengeboran bergerak menyamping sehingga bisa saja terjadi missing titik bor. Akibatnya, jarak antara galian dapat berbeda. 
 
Dalam hal ini sebagai besar pekerja yang sudah berpengalaman telah membuat cara untuk melakukan pengeboran, mereka telah terlebih dahulu membuat patron yang berupa guide wall. Balok beton memanjang dengan pembesian yang tingginya dapat mencapai 1,2 m dan dibuat dua buah dengan jarak antara guide wall sesuai diameter tiang bor ditambah 5 cm agar mata mesin bor dapat masuk. Cara ini akan memaksa alat bor tetap di jalurnya. Metode ini tepatnya digunakan untuk pekerjaan pembuatan dinding diaphragma.

Selain menggunakan guide wall jenis balok beton, terkadang ada juga yang memakai pelat baja dengan balok beton yang dibentuk sesuai ukuran diameter pile yang akan dibuat (patron). Cara ini akan membuat pengeboran menjadi lebih akurat.       

Seluruh tiang bor dan bentonite pile harus masuk ke dalam lapisan tanah yang kadap air. Model ini lebih pasnya dipakai untuk pembuatan retaining wall tipe pile beruntun. Seterusnya, setelah seluruh pembuatan retaining wall selesai, secara berharap dilakukan penggalian tanah. 
 
Adakalanya retaining wall pile beruntun masih memerlukan ekstra perkuatan. Penambahan ekstra perkuatan lebih banyak memakai angkur tanah (ground anchoraged). Bila sampai level pelat basement, dilakukan pengeboran untuk pemasangan ground anchoraged. Paling atas merupakan pengeboran yang paling panjang, selanjutnya semakin ke bawah akan semakin pendek pengeborannya. Ini disebabkan semakin ke bawah akan semakin kecil tekanan tanahnya.

Sekarang bagaimana proses pemasangan angkur tanah dapat dilaksanakan jika yang dibor untuk pemasangan merupakan bentonite pile sehingga tentunya ada banyak risiko. Bentonite pile tidak dapat di pasangi angkur tanah karena pile ini merupakan jenis beton ringan. 
 
Umumnya yang dibor untuk pemasangan angkur tanah adalah bore pile struktur. Hal ini mengingat untuk pile struktur tentu akan penuh dengan pembesian yang rapat dan berdiameter besar dalamnya. Bila asal dibor saja, bias-bisa mata bor rusak atau pembesian pile rusak. Hal ini tidak boleh terjadi. Aplikasi di lapangan untuk permudah pemasangan angkur tanah pada pile struktur menggunakan media sterofoam. 
 
Terlebih dahulu sudah diketahui kedalaman pile, posisi setiap lantai basement, dan sudut kemiringan angkur tanah. Titik-titik angkur tanah ditandai. Barulah waktu rangkaian besi tiang bor di masukkan ke dalam lubang. Pada bagian yang akan dipasangi angkur tanah, pembesiannya ditambah dengan perkuatan dengan perkuatan karena besi di bagian ini terputus. Sebagai penanda biasanya diberi storefoam.

Ilustrasi titik lokasi untuk pengeboran angku tanah di halaman 34 menggambarkan dinding penahan tanah atau retaining wall yang terlihat bahwa setiap tiang sudah terpasang angkur tanah hingga basement terbawah.

Gambar diatas menunjukan bahwa seluruh tepi dinding retaining wall dalam keadaan belum terlihat baik (permukaan retaining wall tidak rata). Rencana selanjutnya adalah membuat dinding basement dengan ketebalan tertentu, sehingga otomatis luas areal basement akan berkurang dengan adanya dinding basement.

Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Manajemen Proyek  dibawah ini. Jika anda suka mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman  yang lain. Terima Kasih


Baca Selengkapnya ....
Share on :

Faktor Keruntuhan Dinding Galian Tanah

Posted by taufick max 1 komentar

Faktor Keruntuhan Dinding Galian Tanah


Faktor Keruntuhan Dinding Galian Tanah- Kendala yang akan dihadapi pada waktu memulai pekerjaan galian basement adalah faktor runtuhnya dinding galian tanah vertikal. Runtuhnya galian tanah ini bias terjadi bila kedalaman galian lebih dari 2 m. sebagai contoh, jumlah basement yang dikehendaki hanya 3 lantai sehingga kedalaman galian tanah paling tidak 11 m. faktor keruntuhan dinding untuk galian sedalam 11 m tentu sangatlah besar. 

Bila di sekitarnya sudah ada bangunan, runtunya galian tanah akan membawah bangunan di sekelilingnya. Runtuhnya galian disebabkan oleh beban atau berat bngunan yang menekan tanah di sekelilingnya akibat adanya lubang yang besar. Keadaan ini tentu tidak diinginkan oleh setiap perencanaan struktur.

Sebelum di temukan sistem pengamanan galian tanah, secara konvensional galian tanah akan melebar ke empat penjuru (bentuk dasar segi empat) dengan kemiringan galian 45 derajat dimulai dari batas galian.akibatnya, bidang galian menjadi melebar dan sudah di pastikan biaya untuk menggali dan mengurung kembali akan sangat mahal.

Pada akhirnya metode galian tanah telah berubah. Cara konvensional tidak lgi dipakai untuk pembuatan basement. Sekarang pengamanan galian dilakukan dengan terlebih dahulu memasang retaining wall sebelum eksekusi galian dilakukan. Retaining wall adalah dinding penahan runtuhnya yang di pasang di tepih galian tanah.


Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Manajemen Proyek  dibawah ini. Jika anda suka mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman  yang lain. Terima Kasih

Baca Selengkapnya ....
Share on :

Sistem Pembangunan Modern/ Top And Down

Posted by taufick max 0 komentar

Sistem Pembangunan Modern/ Top And Down

Sistem Pembangunan Modern
Sistem Pembangunan Modern/ Top And Down- Membangun bangunan tinggi yang dilakukan secara bersamaan ke bawah dan ke atas dinamakan top and down.secara sederhana metode konstruksi top and down dapat difinisikan sebagai suatu faktor konstruksi basement yang pada saat peleksanaannya, urutan pekerjaan tidak dimulai dari lantai basement paling bawah (dasar galian). 

Tepatnya, titik awal pekerjaan dimulai dari pelat lantai satu (ground level atau muka tanah).kemudian, galian mengarah ke bawah yang secara bersamaan juga dilakukan pekerjaan struktur atas.dalam hal ini terjadi proses pekerjaan ganda.yaitu ke bawah dan ke atas.

Pada sistem konvensional (down-up), model pekerjaan itu tidak mungkin dapat dilakukan. Untuk sistem down up,urutan pekrjaan sangat standar, yaitu dimulai dari lantai besement paling bawah dilanjutkan ke atas,misalnya basement lantai 5,lalu basement lantai 4,basement lantai 3, dan seterusnya hingga pekerjaan lantai atap. 

Hal itu tentu saja merupakan sebuah rangkaian pekerjaan panjang yang jauh berbedah dengan sistem modern. Sistem modern terbaagi menjadi dua metode, yaitu top and down maupun up and down. Antara sistem top and down dengan up and down terdapat perbedaan yang terletak pada pola penggalian tanah.

Sistem Pembangunan Top And Down

Pada sistem top and down, penggalian tanah dilakukan selapis demi selapis ke arah bawah.perencanaan tinggi antara lantai basement harus sesuai dengan kebebasan gerak alat penggali tanah (backhoe atau eksacavator) dan kendaraan angkutan material. Itulah sebabnya ketenggian antara lantai basement menjadi lebih besar. disini dapat penghematan biaya bekesting untuk pelat dan balok basement.seluruh struktur pelat dan balok di support oleh permukaan tanah yang belum digali.proses penggalian tanah basement dikerjakan pada setiap lantai hingga lantai basement terbawah yang merupakan pondasi bangunan keseluruhan.

Berikut ini diuraikan step by step pelaksanaan pembangunan dengan sistem top and down. Ada dua tahapan pekerjaan,yaitu pekerjaan tahap awal dan pekerjaan tahap konstruksi.

Pekerjaan Tahap Awal

1.Seluruh pekerjaan pemesanagan dinding diaphragma sudah selesai.

2.Pengeboran tanah sampai di dasar lapisan tanah yang keras sesuai data dari laboratorium tanah. Prosedur pengerjaan pengeboranmenggunakan lumpur bentonite.

3.Pekerjaan semua kolom penunjang sementara (king post) telah siap.

4.Setiap sebuah lubang bor galian selesai dibuat,beton cor struktur yang sesuai dengan perencanaan mulai dimasukkan ke dasar galian hingga mendekati rencana pemasangan pile cap (lantai basement terbawah).

5.Lumpur bentonite masih tetap di dalam lubang sambil menunggu mengerasnya beton cor yang ada di bawah.

6.Sementara itu,pergerakan pengeboran terus berlangsung.

7.Ketika beton di dasar lubang sudah mencapai kekerasan yang dikehendaki,king post mulai dimasukkan ke dalam lubang galian hingga seluru king post terpasang.

Pekerjaan Tahap Konstruksi

1.Lakukan pekerjaan struktur lantai satu.
2.Lakukan juga penggalian untuk pekerjaan struktur basement lantai satu.
3.Pekerjaan pengurasan (dewatering sistem) sudah di berlakukan untuk memuluskan pekerjaan galian.
4.Setelah galian ruang basement lantai satu selesai,lakukan penyetingan bekesting untuk pelat basement dan pengupasan jelly lumpur bentonite untuk pemasangan besi kolom struktur utama.
5.Selanjutnya pengecoran adonan beton dilakukan.
6.Tahap berikutnya sesuai jadwal,dilakukan penggalian tanah untuk ruang basement lantai dua dengan langkah-langkah yang merupakan pengulangan untuk pekerjaan pada konsep pembuatan basement lantai satu. Pekerjaan ini dilanjutkan hingga ke lapisan basement terbawah.

Sistem Pembangunan Up And Down

 

Pada sistem up and donw ,metode penggalian tanah sedikit berbeda dengan sistem top and down, yaitu sebagai berikut.

1.Ketinggian antara lantai basement didesain terbatas untuk menghemat biaya pembuatan konstruksi basement.hal inni mengakibatkan pergerakan alat penggali menjadi tidak leluasa.

2.Agar pergerakan alat penggali leluasa maka penggali dilakukan dua lapais basement sekaligus sebagai conton, Untuk pekerjaan basement lantai satu,penggalian dilakukan hingga basement lantai tiga.

3.Oleh karena terbatasnya  ketinggian antara lain maka biaya tidak bias dikatakan lebih irit.hal ini disebabkan adanya pekerjaan penunjang struktur, yaitu pemakaian perancah. Menggali dua galian basement sekaligus akan menambah lagi satu rangkaian  perancah antara dua basement tersebut. Kondisi ini berbeda dengan sistem top and down yang tidak memerlukan perancah.

4.Langkah-langkah pekerjaan selanjutnya sama dengan tahapan pekerjaan pada sistem top and down. perbedaan hanya pada metode galain (dua lapis basement sekaligus).

Perbedaan Sistem Modern dengan Sistem Konvensional

Jika dibandingkan dengan sistem konvensional (down-up),penggunaan sistem top and down secara keseluruhan tidak ada kerugiannya.penggunaan sistem top and down justru lebih menghemat biaya dan memangkas  waktu pelaksanaan. Penghematan ini tentu akan menyebabkan turunnya biaya tenaga kerja serta biaya-biaya lain yang muncul di setiap pelaksanaan pembangunan sebuah bangunan tinggi.

Factor hemat waktu dan biaya memungkinkan sistem top and down akn berkembang cepat dan menjadi pilihan para pekerja struktur. Sementara pembangunan gedung bertingkat tinggi dengan sistem konsvensional (down-up) akan ditinggalkan.

Australia telah melakukan studi perbandingan untuk pembangunan tower 30 lantai. Secara analisis dinyatakan bahwa pembangunan dengan sistem top and down hanya membutuhkan biaya sebesar 49 juta dolar Australia. Sementara pembangunan dengan sistem down-up akan membutuhkan biaya sebesar 51,5 juta dolar Australia. 

Berdasarkan analisis biaya tersebut terdapat selisih penghematan sebesar 2,5 juta dolar Australia. Skala perbedaan time schedule pada sistem top and down lebih pendek. Factor inilah yang menyebabkan adanya penghematan biaya dan waktu.

Penggunaan sistem top and down dalam pembangunan bangunan tinggi memiliki banyak keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut di antaranya sebagai berikut.

1.Waktu pelaksanaan (time schedule) dapat di persingkat 10-20% di banding sistem konvensional.
2.Biaya pelaksanaan pembangunan dapat diperkecil.
3.Lahan kerja (luas tanah) yang terbatas tidak menjadi halangan terlambatnya proses pekerjaan.
4.Pekerjaan awal dapat dimulai secara bersamaan tanpa saling menunggu sehingga tidak ada pekerjaan tunda.artinya, saat proses galian berjalan, pekerjaan struktur juga dapat bergerak bersamaan.
5.Pekrjaan galian tanah dilakukan secara bertahap ke arah bawah sesuai pelaksanaan di tiap lantai basement.
6.tidak di perlukan tambahan dinding basement untuk finishing seperti pada sistem retaining wall.
7.Tidak perlu adanya pekerjaan ground anchorage sehingga menjadi low cost basement.
8.Penurunan gedung (settlement) di sebelahnya diperkecil sehingga pekerjaan berjalan lebih aman.
9.Faktor rusaknya rumah penduduk akibat pengurasan ait tanah dapat diminimalkan.

Melaluai faktor top and down,masalah-masalah yang berkaitan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang panjang dan biaya yang tinggi dapat teratas. Sangat menarik bila dapat mengerjakan pembangunan sebuah gedung tinggi memakai cara ini. Banyak tantangan dan hal-hal yang baru dalam pelaksanaan pekerjaannya. Namun,aplikasi sistem ini terkendala oleh kurangnya sumber daya manusia. masih sedikit ahli yang berpengalaman untuk pekerjaan dengan pekerjaan sistem top and down ini. Oleh karena itu,tuntunan akan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan.

Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Manajemen Proyek  dibawah ini. Jika anda suka mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman  yang lain. Terima Kasih

  1. MANAJEMEN PROYEK : Total Quality Control
  2. PT. Hutama Karya pada Proyek Jalan Tol
  3. PT.Waskita Karya Pelaksana Proyek Tol Bali
  4. Pengenalan Form Work pada Proyek Konstruksi
  5. Pengenalan Jumping Form
  6. Pengenalan Slip Form
  7. Penggunaan Form Work Khusus
  8. Perhitungan Kekuatan Untuk Form Work
  9. Proyek Underpass Simpang Dewa Ruci Bali.
  10. Quality Control Pekerjaan Jalan
  11. Sistem Pembangunan Konvensional/Down-up - New !!
  12. Teknologi Form Work


Baca Selengkapnya ....
Share on :

Sistem Pembangunan Konvensional/Down-up

Posted by taufick max 0 komentar

Sistem Pembangunan Konvensional/Down-up

Sistem Pembangunan Konvensional / Down-Up
Sistem Pembangunan Konvensional/Down-up-Sebelum mempelajari sistem top and down,terlebih dahulu akan diulas mengenai sistem pembangunan konvensianal. Penulis mengambil istilah down-up untuk menyebut sistem pembangunan struktur bangunan tinggi secara konvensional yang banyak dilaksanakan di Indonesia.

Sistem down-up umumnya dimulai dari pembuatan pondasi atau penggalian tanah (dengan kedalaman yang direncanakan) untuk kebutuhan pembuatan lantai basement gedung bertingkat. Tahapan dilanjutkan dengan pekerjaan pondasi, seperti pemancangan pondasi tiang (bias memakai tiang pancang atau bored pile) yang di teruskan dengan pembuatan balok pondasi, pelat basement,dan kolom.pekerjan tipikal untuk kolom, balok, dan pelat akan menerus ke atas hingga pelat atap. inilah yang disebut dengan istilah down-up, yaitu mulai dari bagian paling bawah (basement) lalu naik hingga atap.

Berikut ini disajikan tahapan lengkap pembangunan struktur bangunan tinggi dengan sistem down-up beserta beberapa kelemahannya. 

Tahapan Pembangunan Sitem Konvensional/Down Up

Secara umun,pembangunan struktur bangunan tinggi dengan sistem down-up terbagi menjadi Sembilan tahapan sebagai berikut.

1.Pembuatan dinding penahan tanah (retaining wall) yang terdiri dari bore pile  dikombinasikan dengan bentonite bore pile.

2.Pengerjaan dewatering system (manajemen pengelolaan pengurusan air tanah) yang dilakukan selama 24 jam penuh samapai mencapai batas terbawah dari lantai basement.

3.Penggalian tahan sesuai kedalaman basement yang direncanakan.

4.Pemasanagan angkur tahah (ground anchorage) pada bore pile sekunder.

5.Pemasangan tiang pondasi (tiang pancang atau bore pile)

6.Pemasangan pile cap bersamaan dengan tie beam pelat basement.

7.Pembutan dinding basement.

8.Pembutan balok dan lantai basement di atasnya.

9.Pekerjaan lanjutan sesuai schedule kerja hingga berakhir di lantai atap dan dilanjutkan dengan ritual toping off.

Kelemahan Sistem Pembangunan Konvensional/Down-Up

Sistem down-up mempunyai beberapa kelemahan yang juga dapat disebut kerugia.adapun kelemahan atau kerugian yang dimaksud tersebut sebagai berikut.

1.Time schedule pelaksanaan pembangunan menjadi panjang.

2.Ada beberapa tahap awal pekerjaan yang tidak dapat dilakukan sehubungan dengan adanya proses galian tanah karena harus menunggu sampai seluruh pekerjaan galian tanah selesai. Proses galian inilah yang akan membuat schedule pelaksanaan menjadi bertambah panjang.

3.Adanya biaya tanbahan untuk pemasangan angkur tanah.hal ini terjadi  akibat kedalaman galian langsung mencapai dasar pile cap sehingga factor keruntuhan tanah dari sisi luar akan semakin besar. Langkah pengamanan yang umum dilakukan berupa pemasangan angkur tanah (ground anchorage) untuk minimalkan runtuhnya tanah dari sisi luar.

4.Dapat atau tidaknya pemasangan angkur tanah tergantung pada luas areal proyek dan kondisi di sekitarnya. Bila di sekitar proyek sudah terdapat gedung lain, tentunya angkur tanah tidak akan dapat di pasang.

5.Pekerjaan penyelesaian proyek bergerak secara vertikal, mulai dari bawah sampai atap (down-up). Inilah yang disebut menghabiskan waktu pelaksanaan.

6.Proses dewatering system akan mengakibatkan turunnya muka air tanah secara drastis. Berlarinya air tanah (draim) dapat berakibat turunnya bangunan di sekitar proyek.oleh karena itu,tidak tertutup kemungkinan adanya penurunan bangunan gedung tinggi di sebelahnya (settlement) akibat pengerjaan sistem ini. Sistem ini juga dapat berdampak keringnya sumur milik warga di sekitar lokasi proyek.untuk mendeteksi penurunan permukaan tanah di bagian yang sudah ada gedung tinggi, biasanya akan dipasang sebuah alat pemantau penurunan muka tanah yang di namakan settlement probe. Bila terjadi penurunan muka tanah sampai pada tingkat membahayakan maka pengurasan air tanah akan dihentikan.

7.Adanya biaya tambahan untuk pembuatan dinding basement sebagai finishing.

8.Luas area kerja untuk sementara berkuran karena adanya penggalian tanah.

9.Setelah selesai pekerjaan dinding basement,secara pasti luas ruangan di basement akan berkurang sesuai ketebalan dinding basement yang digunakan.

10.Pelaksanaan pekerjaan pelat lantai dan bolok basement banyak membutuhkan perancah (bekesting).akibatnya,biaya menjadi lebih mahal.


Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Manajemen Proyek  dibawah ini. Jika anda suka mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman  yang lain. Terima Kasih

  1. MANAJEMEN PROYEK : Total Quality Control
  2. PT. Hutama Karya pada Proyek Jalan Tol
  3. PT.Waskita Karya Pelaksana Proyek Tol Bali
  4. Pengenalan Form Work pada Proyek Konstruksi
  5. Pengenalan Jumping Form
  6. Pengenalan Slip Form
  7. Penggunaan Form Work Khusus
  8. Perhitungan Kekuatan Untuk Form Work
  9. Proyek Underpass Simpang Dewa Ruci Bali.
  10. Quality Control Pekerjaan Jalan
  11. Teknologi Form Work


Baca Selengkapnya ....
Share on :

Materi Populer